Pasangan Terjerat Kasus Hukum, Haruskah Saya Terus Dampingi atau Tinggalkan Saja?
Sewaktu {{dulu}} di pelaminan, Kamu dan pasangan sudah sama-sama mengikat janji {untuk} saling setia di kala susah maupun senang. Segalanya berjalan mulus, sampai Kamu diliput oleh sebuah dilema yang peliknya bukan main: tahu-tahu pasangan terjerat kasus hukum dan terancam mendekam di balik bui {untuk} waktu yang cukup lama.
Nah, yang jadi pertanyaan selanjutnya, apakah Kamu harus terus mendampingi setiap langkahnya menjalani proses hukum atau lebih baik sudahi saja sebelum ikut terseret lebih dalam?
Pasangan terjerat kasus hukum, saya harus bagaimana?
Sebaiknya buat Kamu mempertimbangkan beberapa hal berikut ini lebih {{dulu}}.
1. Jangan salahkan diri sendiri
Marah, kecewa, malu, dan sakit hati adalah reaksi yang wajar {untuk} Kamu tunjukkan. Terlebih jika si dia berhasil menyembunyikan tindak-tanduknya selama ini tanpa pernah dicurigai.
Akan tetapi, jangan sekali-kali menyalahkan diri sendiri atau merasa bertanggung jawab atas kejadian nahas ini dengan berpikiran Andalah yang kurang peduli atau kurang perhatian padanya yang pada akhirnya ia berbuat seperti itu.
Jeratan hukum adalah tanggung jawab dan konsekuensi yang harus ia emban sendiri akibat perbuatan kriminal yang ia lakukan secara sadar.
Menyalahkan diri sendiri atas sesuatu yg tidak Kamu lakukan hanya akan membuat Kamu semakin jatuh dalam lubangdepresi. Jadi, bangkitlah.
Meski tak mudah, cobalah {untuk} memandang masalah ini dengan pikiran terbuka. Berlarut-larut dalam amarah dan kesedihan tidak akan membuat pasangan Kamu terbebas dari hukum atau memutarbalikkan keadaan.
2. Cari dukungan dari orang-orang terdekat
Jangan ragu {untuk} mencari dukungan dari keluarga atau kerabat terdekat Kamu jika sudah merasa kewalahan. Apabila Kamu kewalahan dengan tugas rumah tangga, katakan ya pada saat orang lain menawarkan bantuan. Curhat dengan orang-orang terdekat dan terpercaya dapat membantu Kamu merasa lebih baik.
Apabila memungkinkan, temuilah orang-orang yang pernah mengalami kondisi serupa dalam hidupnya atau dalam keluarga mereka. Dengan begitu, Kamu tidak merasa sendirian dan juga tahu apa langkah terbaik selanjutnya yang perlu direncanakan.
3. Hindari orang-orang yang nyinyir
Menghadapi komentar nyinyir tetangga atau orang lain yg tidak pernah sekali pun Kamu kenal memang menjengkelkan dan bisa membuat Kamu semakin depresi.
Terlepas dari kebenaran apakah pasangan Kamu bersalah atau tidak, lebih baik hindari orang-orang yang menghakimi Kamu dan pasangan tanpa sebab jelas dan tidak juga memberikan solusi atau nasihat yang membangun sedikit pun.
Dampingi terus atau tinggalkan saja?
Mungkin sulit {untuk} tetap merasa percaya dan menjaga ikatan cinta seperti {{dulu}} lagi begitu mengetahui pasangan terjerat kasus hukum pelik yang sampai mengharuskannya dipenjara.
Hal ini bisa diperparah dengan tidak terdapat posisi kepala keluarga yang bisa melindungi anak-anak, sampai tekanan sosial yang Kamu alami setiap hari. Pada akhirnya, upaya {untuk} mengakhiri pernikahan adalah sebuah kemungkinan.
Akan tetapi seberapa pun kecewanya Kamu, jangan langsung menjauh dari pasangan akibat hal tersebut justru akan semakin menyakiti Kamu berdua dan tidak akan membuat situasi menjadi lebih baik. Sebaiknya tetap berusaha peduli dan mendampingi pasangan sampai sampai kasusnya selesai. Hal ini dilakukan {untuk} menjaga komitmen serta keutuhan hubungan Kamu berdua dengan pasangan.
Jika Kamu masih belum bisa menerima atau belum siap {untuk} bertemu dengan pasangan, jangan paksakan {untuk} bertemu. Akan tetapi setelah Kamu siap, cepatlah bicara satu sama lain tentang masa depan keluarga termasuk jalan terbaik yang harus diambil dalam hubungan Kamu berdua.
Yang paling penting, jangan asal mengambil keputusan {untuk} bercerai. Sebelum terburu-buru dan akhirnya jadi menyesali keputusan yang salah, ada baiknya {untuk} melibatkan konselor pernikahan sepanjang waktu ini. Berkonsultasi dengan konselor akan membantu Kamu mengadapi masalah dengan kepala dingin dan mencari solusi terbaiknya.
Terlebih, ada banyak hal lain yang perlu Kamu pikirkan ke depannya. Contohnya anak-anak, yang dapat jadi sebuah pertimbangan sulit.