5 Mitos Seputar Obat Batuk yang Perlu Diluruskan KebenarannyaIni adalah artikel sponsor. Informasi selengkapnya mengenai Kebijakan Pengiklan dan Sponsor kami, silakan baca di sini.
Minum obat batuk menjadi langkah yang tepat saat Kamu mulai terganggu dengan batuk yang semakit buruk. Sayangnya, sering beredar banyak anggapan seputar obat batuk, dari yang benar sampai yang keliru, yang dapat menimbulkan kesalahan persepsi di masyarakat. Untuk meluruskannya, yuk simak fakta obat batuk berikut ini untuk mematahkan semua mitos yang beredar.
Mitos dan fakta obat batuk yang perlu diketahui
Mitos 1: obat batuk selalu mengakibatkan kantuk
Sebagian orang menghindari obat batuk akibat katanya bisa bikin Kamu mengantuk sepanjang hari. Apalagi kalau pekerjaan di kantor sedang menumpuk atau ingin bepergian jauh. Akan tetapi {tunggu} {dulu}. Hal ini tidak sepenuhnya benar.
Faktanya, obat batuk memang dapat menyebabkan kantuk sebagai sebuah efek samping yang paling {umum}. Namun, seperti dilansir dari health.usnews.com, ini hanya berlaku jika Kamu minum sirup obat batuk yang berisikan bahan aktif antihistamin.
Selain meredakan gejala {flu} dan batuk, senyawa antihistamin ini bisa masuk ke otak dan mengganggu kesadaran Kamu yang pada akhirnya cenderung menimbulkan rasa kantuk dan sulit berkonsentrasi.
Akan tetapi jika Kamu juga mengalami sulit tidur atau tidur tidak nyenyak akibat batuk, obat batuk yang berisikan antihistamin mungkin diperlukan untuk membantu istirahat selama proses pemulihan.
Jadi, coba cek lagi kandungan yang tertera pada kemasan obat batuk Kamu. Untuk batuk berdahak, coba cari obat batuk yang diformulasi baru dengan kandungan aktif Bromhexine HCl dan guaifenesin. Bahan-bahan ini tidak mengakibatkan kantuk tapi tetap mampu meredakan batuk berdahak yang mengganggu.
Mitos 2: batuk bisa sembuh total dengan obat batuk
Tidak sedikit orang lebih memilih pergi ke warung atau apotek untuk membeli obat batuk bebas. Ini biasanya dilakukan ketika Kamu sudah tak tahan lagi dengan sakit tenggorokan dan batuk yang menyiksa, tapi enggan periksa ke dokter akibat biayanya yang jauh lebih mahal.
Obat batuk bebas umumnya mengandung sejumlah bahan kimia, di antaranya guaifenesin untuk mengencerkan lendir atau dahak di tenggorokan, dextromethorphan untuk menghambat refleks batuk, dan phenylephrine HCl untuk meredakan hidung tersumbat. Kombinasi zat-zat aktif ini berfungsi untuk membantu meredakan ketidaknyamanan dari batuk dan pilek.
Akan tetapi, perlu diingat sesungguhnya fungsi utama obat batuk adalah untuk meredakan dan mengurangi batuk, bukan menyembuhkan penyakit yang mengakibatkan batuk tersebut. Batuk sendiri merupakan respon {tubuh} pada masuknya zat asing (termasuk bakteri dan virus) ke dalam {tubuh}. Jadi, meski batuknya memang bisa diredakan oleh obat batuk yang dijual bebas, penyebab utamanya tetap harus ditangani {dulu} supaya bisa benar-benar sembuh.
Ada baiknya periksakan diri ke dokter supaya Kamu tahu apa penyebab batuk tersebut, dan dokter bisa menyarankan pengobatan yang tepat.
Mitos 3: makan sup hangat bisa menjadi obat batuk alami
Sup yang dimakan dalam kondisi hangat memang bisa membantu melegakan tenggorokan. Akibat itulah, banyak orang yang menjadikannya sebagai obat batuk alami, ketimbang minum obat batuk medis yang berisikan bahan kimia.
Eits, {tunggu} {dulu}. Walaupun makan sup hangat bisa meredakan tenggorokan yang gatal, tapi tetap saja ini tidak bisa melawan infeksi bakteri penyebab batuk Kamu. Ya, Kamu tetap {butuh} obat batuk medis untuk menyembuhkan batuk yang mengganggu.
Mitos 4: semua obat batuk sirup bikin ketagihan
Obat batuk sirup biasanya memiliki rasa yang manis dan segar. Hal ini terkadang membuat sebagian orang atau bahkan Kamu pernah merasa ketagihan untuk minum obat batuk. Lalu, apakah ini artinya obat batuk sirup memiliki sifat adiktif alias bikin kecanduan?
Seperti ini. Sebuah fakta obat batuk adalah mengandung kodein, yaitu suatu bahan aktif yang berfungsi untuk memberhentikan batuk, tapi juga berpotensi adiktif jika dikonsumsi secara berlebihan. Akan tetapi tenang {dulu}. Ada sejumlah obat batuk lainnya yg tidak mengandung bahan aktif ini, kok.
Meski demikian, tetap perhatikan tanda dan gejala kecanduan obat yang muncul pada diri Kamu, terutama pada remaja. Jika Kamu mulai merasa ketagihan minum obat batuk, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter terdekat.
Mitos 5: obat batuk boleh diberikan pada anak-anak
Batuk adalah sebuah penyakit yang paling sering dialami oleh anak-anak. Kalau sudah begitu, para orangtua biasanya akan langsung gerak cepat memberikan obat batuk untuk anak.
Meskipun obat batuk memang dapat membantu meredakan batuk pada anak, tapi ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan. Menurut American Academy of Pediatrics, obat batuk sebaiknya tidak diberikan pada bayi dan anak-anak di bawah usia enam tahun akibat dapat memicu infeksi pernapasan yang lebih parah.
Prof. Thomas Fahey, seorang dokter {umum} sekaligus kepala Department of Family Medicine and General Practice di Royal College of Surgeons di Ireland Medical School, menyebutkan kepada Telegraph sesungguhnya pemberian paracetamol cenderung lebih efektif meredakan gejala batuk pada anak, ketimbang obat batuk medis lainnya.
Banyak minum air putih hangat dan istirahat yang cukup adalah dua kunci penting untuk mempercepat penyembuhan batuk pada anak-anak. Sebelum memberikan obat batuk, sebaiknya periksakan anak Kamu ke dokter terdekat mengenai jenis obat dan dosis yang tepat untuk anak Kamu.