Fakta Unik Kesehatan

4 Fakta Penting Seputar Obat Aborsi yang Wajib Disimak

Apa yang terlintas di benak Kamu pada saat mendengar kata aborsi? Kebanyakan praktik aborsi atau menggugurkan kandungan biasanya dilakukan melewati prosedur operasi di rumah sakit dengan bantuan dokter. Akan tetapi selain itu, ternyata aborsi dapat dilakukan dengan menggunakan pil atau obat aborsi jika usia kehamilan belum lebih dari 10 ahad.

Dengan catatan, semua tindakan ini dilakukan akibat kehamilan sedang berada dalam kondisi darurat medis yang dapat membahayakan ibu dan janin, serta di bawah pengawasan dokter. Jika Kamu dilema ini sedang Kamu alami terkait kondisi kesehatan Kamu dan janin, kenali {{dulu}} fakta mengenai obat aborsi sebelum memilih menggunakannya.

Berbagai fakta menarik seputar obat aborsi

1. Membantu memberhentikan perkembangan kehamilan dan membersihkannya dari {{tubuh}}

Praktik aborsi tidak boleh dilakukan sembarangan akibat diatur dalam undang-undang. Dalam dunia medis, aborsi hanya boleh dilakukan bila kehamilan berisiko membahayakan nyawa ibu dan bayi. Contohnya kehamilan ektopik (hamil di luar kandungan), kehamilan anggur, bayi cacat, dan kondisi medis tertentu lainnya.

Ada dua jenis obat atau pil aborsi yang biasa digunakan {untuk} membantu menggugurkan kandungan, yakni Mifepristone dan Misoprostol. Mulanya, Mifepristone digunakan dengan tugas {untuk} menghambat produksi hormon progesteron guna memberhentikan perkembangan kehamilan.

Tugas obat mifepristone hanya sampai di situ saja. Selanjutnya, dibutuhkan obat misoprostol dalam waktu 24-48 jam lalu. Misoprostol akan membantu rahim {untuk} membersihkan sisa-sisa kehamilan, sekaligus mengurangi risiko terjadinya infeksi dan perdarahan berat.

2. Pil aborsi dan morning after pill tidak sama

Sering dianggap sama, nyatanya obat aborsi dan morning after pill adalah dua obat yang berbeda. Pil aborsi lebih ditujukan {untuk} menangkal perkembangan kehamilan.

Sementara morning after pill adalah jenis kontrasepsi darurat, yang bekerja {untuk} menangkal terjadinya kehamilan dengan menghambat proses ovulasi setelah melakukan hubungan seks tanpa menggunakan pengaman.

Lagi-lagi, Kamu dihimbau {untuk} tidak melakukan aborsi ilegal yang disengaja, serta tidak menerima obat aborsi selain dari dokter.

jenis aborsi

3. Obat aborsi punya efek samping

Selayaknya beberapa obat dan tindakan medis lainnya, obat atau pil aborsi juga membawa efek samping tertentu bagi {{tubuh}}. Mulai dari mual, kram, perdarahan, dan berbagai kondisi lainnya yang kurang mengenakkan {untuk} {{tubuh}}.

Efek samping yang muncul ini sebenarnya bisa sedikit diatasi dengan bantuan obat Ibuprofen, Motrin, atau Advil {untuk} membantu meredakan kram, serta obat Phenergan atau Zofran {untuk} mengatasi rasa mual.

Akan tetapi dalam sebagian kasus, jangan tunda {untuk} segera berkonsultasi dengan dokter bila mengalami:

  • Sakit perut berkepanjangan
  • Demam lebih dari 38 derajat Celcius
  • Mual dan muntah
  • Diare lebih dari 24 jam
  • Kelelahan parah

Kesemua kondisi tersebut kemungkinan besar menandakan sesungguhnya Kamu mengalami infeksi serius pada rahim.

4. Tetap harus berkonsultasi dengan dokter setelah minum obat aborsi

Apa pun tindakan medis yang Kamu jalani, jangan lupa {untuk} selalu mengecek kondisi kesehatan Kamu pada dokter, termasuk setelah melakukan aborsi dengan minum obat aborsi. Tujuannya {untuk} memastikan sesungguhnya proses aborsi telah berjalan dengan lancar, yang pada akhirnya tidak ada lagi sisa-sisa kehamilan di dalam rahim.

Namun, jika ternyata prosedur aborsi belum sepenuhnya selesai di dalam {{tubuh}} Kamu, maka dokter akan melakukan tindakan medis tambahan yakni kuret. Kuret atau kuretase adalah prosedur pengangkatan jaringan yang tersisa di dalam rahim setelah mengalami keguguran atau aborsi.

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button